Obat aborsi adalah obat yang digunakan untuk menggugurkan kandungan pada wanita yang tidak ingin melanjutkan kehamilan. Berikut adalah beberapa jenis obat aborsi yang umum digunakan:

Jenis Obat Aborsi

1. Mifepristone:

• Menghambat hormon progesteron yang diperlukan untuk mempertahankan kehamilan.
• Biasanya dikonsumsi satu tablet secara oral di bawah pengawasan dokter, diikuti dengan konsumsi empat tablet misoprostol setelah beberapa hari.

2. Misoprostol:

• Merangsang kontraksi rahim untuk mengeluarkan hasil kehamilan.
• Dapat dikonsumsi secara oral atau dimasukkan ke dalam vagina, dengan dosis empat tablet.

3. Methotrexate:

• Menghancurkan sel-sel janin yang sedang berkembang, biasanya digunakan dalam kasus kehamilan dini.
• Dapat diberikan secara oral atau disuntikkan oleh dokter, diikuti dengan misoprostol.

4. Cytotec:

• Merek dagang dari misoprostol, bekerja dengan cara yang sama.
• Dosis dan cara penggunaan mirip dengan misoprostol.

5. Misotab:

• Mengandung mifepristone dan digunakan dengan cara yang sama seperti mifepristone lainnya.

6. Gastrul:

• Merek dagang dari dinoprostone, digunakan untuk menginduksi persalinan atau menggugurkan kandungan.
• Dimasukkan ke dalam vagina.

7. Protecid:

• Merupakan hormon yang digunakan untuk merangsang kontraksi rahim, sering diberikan melalui injeksi intravena oleh tenaga medis.

Pentingnya Pengawasan Medis

Penggunaan obat aborsi harus selalu dilakukan di bawah pengawasan medis untuk menghindari risiko efek samping yang berbahaya. Efek samping dapat mencakup sakit kepala, kram, dan komplikasi serius lainnya jika tidak ditangani dengan benar[4]. Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter sangat dianjurkan sebelum menggunakan obat-obatan ini.

Bagaimana cara mencegah infeksi setelah aborsi

Setelah menjalani aborsi, penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi risiko infeksi. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:

Cara Mencegah Infeksi Setelah Aborsi

1. Konsumsi Antibiotik:

• Pastikan untuk mengonsumsi semua antibiotik yang diresepkan oleh dokter hingga habis. Pemberian antibiotik ini bertujuan untuk mencegah infeksi, terutama jika prosedur aborsi dilakukan melalui kuretase.

2. Hindari Hubungan Seksual:

• Tidak melakukan hubungan seksual selama 1-2 minggu setelah aborsi. Hal ini penting karena leher rahim masih terbuka dan rentan terhadap infeksi.

3. Jaga Kebersihan:

• Gunakan pembalut yang bersih dan ganti secara rutin untuk menjaga area kewanitaan tetap kering dan bersih. Hindari penggunaan tampon selama periode ini.

4. Hindari Mandi Air Hangat dan Kolam Renang:

• Jangan mandi air hangat atau berenang di kolam selama setidaknya 48 jam setelah aborsi, karena lingkungan yang lembap dapat meningkatkan risiko infeksi.

5. Istirahat yang Cukup:

• Berikan waktu bagi tubuh untuk pulih dengan cukup istirahat. Hindari aktivitas fisik yang berat dan stres emosional.

6. Perhatikan Gejala Infeksi:

• Waspadai gejala seperti demam, perdarahan berat, nyeri hebat, atau keluarnya cairan berbau dari vagina. Jika mengalami gejala tersebut, segera konsultasikan ke dokter.

7. Skrining Rutin untuk IMS:

• Jika ada risiko infeksi menular seksual (IMS), lakukan pemeriksaan secara rutin dan ikuti anjuran perawatan dari dokter.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat membantu mencegah infeksi setelah aborsi dan memastikan pemulihan yang lebih baik.